Sejak dulu, Banten selalu merasa dianaktirikan. Ketika masih menjadi bagian dari Jawa Barat, wilayah Banten yang terdiri atas beberapa kabupaten ini, seperti kurang mendapatkan perhatian. Padahal, beberapa lokasi di wilayah ini termasuk cukup strategis. Sebut saja misalnya pelabuhan Merak, kawasan wisata Anyer atau daerah konservasi alam Ujung Kulon.
Anak Jawa Pos
Namun sejak menjadi propinsi sendiri, Banten berubah. Daya tarik mereka menjadi lebih memikat dibandingkan sebelumnya. Salah satunya adalah datangnya investor, baik lokal maupun internasional.
Untuk urusan surat kabar, Banten belum punya banyak pengalaman. Itulah sebabnya, kehadiran pengusaha media asal Jawa Timur, Dahlan Iskan, yang menjajaki kemungkinan terbitnya harian di Banten, mendapatkan sambutan hangat.
Pada pertengahan 2000, Radar Banten mulai terbit menyapa pembacanya di seluruh Banten. Sesuai namanya, koran ini meliputi seluruh kota yang ada di Provinsi Banten mulai dari ibukota propinsi, yaitu Serang, Cilegon, Pandeglang, Rangkasbitung, Tangerang (kota dan kabupaten) serta Tangerang Selatan.
Oplah mereka mencapai sekitar 40 ribu eksemplar dan menjadi salah satu koran lokal terbesar di sana.
Berbeda dengan koran-koran lokal lainnya, Radar Banten berafiliasi dengan Grup Jawa Pos. Grup ini memiliki koran bernama Radar di hampir seluruh wilayah pulau Jawa, mulai dari Banten di ujung barat sampai Banyuwangi di ujung timur.
Tentu saja pengelolaannya ditangani oleh grup ini yang sudah punya banyak pengalaman di bidang media cetak. Tak jauh beda dengan Radar Radar lainnya, Radar Banten pun mampu bertahan dan diterima positif oleh masyarakat setempat.
Berita Lokal
Kekuatan Radar terletak pada berita lokal yang mengisi lebih dari separuh berita mereka. Radar juga mendekati berbagai komunitas di setiap kota, dengan menampilkan mereka sebagai sumber berita. Tentu saja pendekatan ini mendapatkan tanggapan positif, karena selama ini, komunitas lokal jarang mendapatkan tempat di media massa.
Apalagi Radar pun sama seperti koran Jawa Pos (Surabaya) dan Indopos (Jakarta), berpenampilan menarik dengan sajian berwarna setiap hari, sebanyak minimal 4 halaman.
Meski bertujuan mengeruk keuntungan, Radar Banten tidak lupa menjalankan fungsi kontrol sosial, baik terhadap perilaku masyarakat maupun penguasa. Dalam beberapa kesempatan, mereka tak jarang membuat merah kuping para penguasa.
Di lain waktu, Radar menyentil masyarakat yang tidak disiplin atau berbuat salah. Fungsi itu harus dibayar mahal dengan reaksi negatif dari sejumlah pihak yang disentil, terhadap wartawan Radar Banten.
Tapi, berbagai tantangan tersebut tidak menyurutkan langkah Radar Banten yang punya misi suci, yaitu menjadi suara hati, aspirasi, dan kebanggaan masyarakat Banten.
Tiga hal inilah yang menjadi landasan mereka dalam menyajikan berita kepada pembacanya. Walaupun tak jarang dinodai oleh perilaku oknum wartawan mereka sendiri yang tidak taat pada kode etik jurnalistik.